Imam asy-Syafi'i rahimahullah (Wafat: 204H) menegaskan, “Tidak ada seorang pun melainkan ia wajib bermazhab dengan sunnah Rasulullah dan mengikutinya. Apa jua yang aku ucapkan atau tetapkan tentang sesuatu perkara (ushul), sedangkan ucapanku itu bertentangan dengan sunnah Rasulullah, maka yang diambil adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dan demikianlah ucapanku (dengan mengikuti sabda Rasulullah).” (Disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam I’lam al-Muwaqq’in, 2/286)
__________________________________________________________________________________

| Nawawi | Aqeedah | Fiqh | Anti Syirik | Galeri Buku | Galeri MP3 | U-VideOo |
__________________________________________________________________________________

Selasa, 2 September 2008

124 - Tasbih/Doa/Zikir Sesudah salam Solat Witir

Tasbih/Doa/Zikir Sesudah salam Solat Witir

Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى” (Surah al-a’la), “قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ” (Surah al-Kafirun) dan “قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ” (Surah al-Ikhlas). Kemudian sesudah salam, beliau mengucapkan: Subhaanal Malikil Quddus tiga kali.

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ
(3× يجهر بها ويمد بها صوته يقول)
[رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ]

manakala pada bacaan yang ketiga, beliau membacanya dengan suara yang keras dan ditambah dengan (rabbul malaaikati warruh).” (Hadis Riwayat Abu Daud, an-Nasa’i, ad-Daruquthni, dan beberapa imam hadis yang lain. Kalimat di antara dua tanda kurung adalah tambahan menurut riwayat ad-Daruquthni. Sanadnya sahih, lihat Za’dul Ma’ad yang ditahqiq oleh Syu’aib al-Arnauth dan Abdul Qadir al-Arnauth)

Diriwayatkan dari Ali radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada akhir Witir mengucapkan:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

“Ya, Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kerelaan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari ancaman-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri.” (Hadis Riwayat Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah. Dinilai sahih oleh al-Albani di dalam Shahih at-Tirmidzi, Shahih Ibnu Majah, dan Irwa’ul Ghalil)

Sumber: Artikel “Menutup Malam Dengan Witir

Tiada ulasan: