Imam asy-Syafi'i rahimahullah (Wafat: 204H) menegaskan, “Tidak ada seorang pun melainkan ia wajib bermazhab dengan sunnah Rasulullah dan mengikutinya. Apa jua yang aku ucapkan atau tetapkan tentang sesuatu perkara (ushul), sedangkan ucapanku itu bertentangan dengan sunnah Rasulullah, maka yang diambil adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dan demikianlah ucapanku (dengan mengikuti sabda Rasulullah).” (Disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam I’lam al-Muwaqq’in, 2/286)
__________________________________________________________________________________

| Nawawi | Aqeedah | Fiqh | Anti Syirik | Galeri Buku | Galeri MP3 | U-VideOo |
__________________________________________________________________________________

Rabu, 3 Oktober 2007

046 - Tinggalkanlah Perkataan/Perbuatan Yang Keji/Dusta/Mencela Jika Benar Anda Berpuasa

Tinggalkanlah Perkataan/Perbuatan Yang Keji/Dusta/Mencela Jika Benar Anda Berpuasa

Puasa adalah perisai. Oleh itu, janganlah seseorang mengerjakan rafath (perkataan yang keji) dan berbuat sesuatu perkata yang jahil (menyalahi hukum. Jika seseorang itu diperangi atau dicaci, dia hendaklah berkata: “Sesungguhnya aku sedang berpuasa" (Nabi menyebutnya dua kali). (Hadis Riwayat Bukhari, kitab as-Shaum, no. 1894)

Sesiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan melakukan perbuatan itu terus-menerus, dan melakukan perbuatan itu itu terus-menerus, Allah langsung tidak berhajat (memandang) perbuatannya yang meninggalkan makan dan minum (puasa). (Hadis Riwayat Bukhari, Kitab as-Shaum, no. 1903)


- http://fiqh-sunnah.blogspot.com

Tiada ulasan: