Imam asy-Syafi'i rahimahullah (Wafat: 204H) menegaskan, “Tidak ada seorang pun melainkan ia wajib bermazhab dengan sunnah Rasulullah dan mengikutinya. Apa jua yang aku ucapkan atau tetapkan tentang sesuatu perkara (ushul), sedangkan ucapanku itu bertentangan dengan sunnah Rasulullah, maka yang diambil adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dan demikianlah ucapanku (dengan mengikuti sabda Rasulullah).” (Disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam I’lam al-Muwaqq’in, 2/286)
__________________________________________________________________________________

| Nawawi | Aqeedah | Fiqh | Anti Syirik | Galeri Buku | Galeri MP3 | U-VideOo |
__________________________________________________________________________________

Khamis, 15 Mei 2008

099 - Men-Talqin Menurut Sunnah

Men-Talqin Menurut Sunnah

http://fiqh-sunnah.blogspot.com

Yang dimaksudkan dengan talqin adalah membantu untuk mengucapkan syahadah (kepada mereka yang nazak dan sedang menghadapi kematian). Hal ini adalah berdasarkan kepada sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam,

“Talqinilah orang yang sedang nazak (hendak meninggal dunia) dari kalangan kalian dengan kalimah Laa Ilaaha Illallah (tiada ilah yang berhak disembah melainkan Allah). Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah merupakan kalimah Laa Ilaaha Illallah pada ketika hendak meninggal dunia, maka dia akan masuk Syurga pada suatu hari kelak walaupun sebelum itu dia perlu menerima beberapa siksaan yang mana harus dilaluinya.”

Beliau juga bersabda,

“Barangsiapa yang meninggal dunia sementara dia mengetahui (meyakini) bahawasanya tidak ada ilah (tuhan) yang berhak diibadahi melainkan Allah, maka dia akan masuk Syurga.”

Di akhir hadis, beliau bersabda,

“Barangsiapa meninggal dunia dengan tidak menyekutukan allah sedikit pun, maka dia masuk Syurga.”

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shahiih-nya. Tambahan di dalam hadis pertama ada pada Ibnu Hibban (Mawaarid, no. 719. Hadis ini mempunyai syahid Mu’adz bin Jabal, dan sanadnya hasan, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam kitab Irwaa’ul Ghaliil, 79) juga ada pada al-Bazzar.

Yang dimaksudkan dengan talqin di sini adalah meminta dan mengajari orang yang sedang nazak (sedang menghadapi saat-saat kematian) supaa mengucapkan kalimah syahadah. Ini adalah sebagaimana hadis berikut,

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu,

“Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk salah seorang dari kaum Anshar seraya berkata: “Wahai pakcik, ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah”. Orang itu bertanya, “Apakah pakcik dari sebelah ibumu atau ayahmu?” Beliau menjawab, “Pakcik dari sebelah ibu”. Maka orang itu bertanya, “Apakah akan lebih baik bagiku untuk mengucapkan Laa Ilaaha Illallah?” Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya”.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, 3/152-154, dan 268 dengan sanad yang sahih berdasarkan syarat Muslim)

Adapun bacaan surah Yaasiin di sebelah orang yang sudah meninggal dunia dan menghadapkannya ke arah kiblat, tidak ada satu pun hadis yang sahih yang boleh dijadikan dalil terhadap hal itu. Bahkan, Sa’id bin al-Musayyid menilai makruh meghadapkan jenazah ke arah kiblat, dia berkata: “Bukankah jenazah itu seorang Muslim?”

Dari Zur’ah bin ‘Abdirrahman, bahawasanya dia pernah menyaksikan Sa’id bin al-Musayyib ketika dalam sakitnya, sementara yang ebrsamanya terdapat Abu Salamah bin ‘Abdirrahman. Sa’id pun jatuh pengsan sehingga Abu Salamah memerintahkan supaya memindahkan tempat tidurnya menghadap ke arah ka’bah. Ketika telah dia tersedar (jaga semula), Sa’id bertanya, “Apakah kalian telah mengubah arah tempat tidurku?” Mereka menjawab, “Ya”. Kemudian, dia melihat ke arah Abu Salamah seraya berkata, “Aku menjangkakan hal tersebut adalah berdasarkan pengetahuanmu?” Dia menjawab, “Aku yang telah menyuruh mereka”. Maka Sa’id menyuruh agar tempat tidurnya dikembalikan lagi seperti sebelumnya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam kitab al-Mushannaf, 4/76, dengan sanad yang sahih dari Zur’ah)

Juga diperbolehkan bagi seseorang muslim untuk mendatangi orang kafir yang sedang nazak hendak meninggal dunia untuk menjelaskan perihal ajaran Islam dengan harapan dia akan memeluk Islam. Ini adalah berdasarkan kepada hadis Anas radhiyallahu ‘anhu,

“Ada seorang remaja Yahudi yang mengabdi kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu ketika, anak itu jatuh sakit, maka Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam datang menjenguknya. Beliau pun duduk berdekatan kepalanya seraya berkata: “Masuklah Islam”. Kemudian, anak itu melihat ke arah bapa-nya yang ketika itu sedang berada bersamanya. Ayahnya berkata, “Turutilah Abul Qasim (Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam)”. Maka anak itu pun memeluk Islam. Setelah itu, Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam keluar seraya mengucapkan, “Segala Puji hanya bagi Allah yang menyelamatkan dirinya dari api Neraka”. (Ketika anak itu meninggal dunia, beliau berkata, “Solatkanlah sahabat kalian ini!”). (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, al-Hakim, al-Baihaqi, dan Ahmad (3/175, 227, 260, dan 280) Tambahan di dalam kurungan itu merupakan milik Ahmad dalam sebuah riwayat yang lain)

Rujukan: Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah (Ahkamul Jana’iz), Terbitan Pustaka Imam asy-Syafi’i (Cet. Ke-2, Dec. 2006M), oleh Sheikh Muhammad Nasiruddin al-Albani, m/s. 33-37.

Tiada ulasan: