Imam asy-Syafi'i rahimahullah (Wafat: 204H) menegaskan, “Tidak ada seorang pun melainkan ia wajib bermazhab dengan sunnah Rasulullah dan mengikutinya. Apa jua yang aku ucapkan atau tetapkan tentang sesuatu perkara (ushul), sedangkan ucapanku itu bertentangan dengan sunnah Rasulullah, maka yang diambil adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dan demikianlah ucapanku (dengan mengikuti sabda Rasulullah).” (Disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam I’lam al-Muwaqq’in, 2/286)
__________________________________________________________________________________

| Nawawi | Aqeedah | Fiqh | Anti Syirik | Galeri Buku | Galeri MP3 | U-VideOo |
__________________________________________________________________________________

Rabu, 20 Ogos 2008

111 - DI SAAT MENJELANGNYA BULAN RAMADHAN

DI SAAT MENJELANGNYA BULAN RAMADHAN

http://fiqh-sunnah.blogspot.com

1. Menghitung hari bulan Sya'ban

Umat Islam seharusnya mengambil langkah menghitung bulan Sya'ban sebagai persiapan untuk menuju Ramadhan, kerana sebagaimana yang kita ketahui bahawa satu bulan itu adakalanya dua puluh sembilan hari dan terkadang tiga puluh hari. Kita hendaklah berpuasa ketika melihat hilal (anak bulan) bulan Ramadhan, jika terhalang awan, maka hendak diperkirakan menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi tiga puluh hari, kerana Allah pencipta langit dan bumi menjadikan tempat-tempat tertentu agar manusia mengetahui jumlah tahun dan hisab, satu bulan tidak akan lebih dari tiga puluh hari.

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Puasalah kalian kerana melihat hilal (anak bulan), dan berbukalah kerana melihat melihat hilal, jika kalian terhalang oleh awan, sempurnakanlah bulan Sya'ban tiga puluh hari.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/106) dan Muslim (1081))

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang ertinya):

“Janganlah kalian puasa hingga melihat hilal, jangan pula kalian berbuka hingga melihatnya, jika kalian terhalang oleh awan, hitunglah bulan Sya'ban.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/102) dan Muslim (1080))

Dari Adi bin hatim radhiallahu 'anhu berkata: Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Jika datang bulan Ramadhan puasalah tiga puluh hari, kecuali jika kalian melihat hilal sebelum hari ketiga puluh.” (Hadis Riwayat at-Thahawi dalam “Musykilul Atsar” (no. 501), Ahmad (4/377), at-Thabrani dalam “al-kabir” (17/171))

2. Barangsiapa yang berpuasa di hari yang diragukan bererti telah derhaka kepada Abul Qosim Shalallahu 'alaihi wasallam

Oleh kerana itu, seorang muslim tidak seharusnya mendahului bulan puasa, dengan melakukan puasa satu atau dua hari sebelumnya dengan alasan ihtiath (hati-hati) kecuali kalau bertepatan dengan puasa sunnah yang biasa ia lakukan.

Dari Abi Huarairah radhiallahu 'anhu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan melakukan puasa satu atau dua hari sebelumnya kecuali seseorang telah rutin berpuasa maka berpuasalah.” (Hadis Riwayat Muslim (573, Mukhtashar dengan mu'laqnya)).

Shilah bin Zufar dari Ammar membawakan perkataan Amar bin Yasar:

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukan bererti telah derhaka kepada Abal Qosim Shalallahu 'alaihi wasallam.” (Dibawakan oleh al-Bukhari (4/119))

3. Jika ada seorang yang melihat hilal hendaknya seluruh kaum muslimin berpuasa atau berbuka

Melihat hilal akan diperkirakan sekiranya ada dua orang saksi yang adil, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam:

“Puasalah kalian kerana melihat hilal, berbukalah kerana melihatnya, berhajilah kerana melihatnya, jika kalian tertutup dengan mendung, sempurnakanlah tiga puluh hari, jika ada dua saksi, berpuasalah kalian dan berbukalah.” (Hadis Riwayat an-nasa'I (4/133), Ahmad (4/321), ad-Daruquthni (2/167) dan dari jalan Husain bin al-Harits al-Jadali dari Abdur Rahman bin Zaid bin al-Khaththab dari para sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam, sanadnya hasan, lafadz di atas dalam riwayat an-Nasa'i, Ahmad menambahkan: “dua orang muslim”)

Tidak diragukan lagi bahawa diterimanya persaksian dua orang dalam satu kejadian tidak menunjukkan persaksian seorang diri itu ditolak, oleh kerana itu persaksian seorang saksi dalam melihat hilal tetap diperkirakan (sebagai dasar untuk mulai berpuasa), dalam satu riwayat yang sahih dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma berkata:

“Manusia mencari-cari hilal, maka aku khabarkan kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam bahawa aku melihatnya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam pun menyuruh manusia berpuasa.” (Hadis Riwayat Abu Daud (2342), Ad-Darimi (2/4), Ibnu Hibban (871), al-hakim (1/423), al-Baihaqi (4/212) dari dua jalan dari Yahya bin Abdullah bin Salim dari Abu Bakar bin Nafi' dari bapanya dari Ibnu Umar. Sanadnya hasan sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar al-Atsqalani dalam “At-Talkhisul habir” (2/187))

Tiada ulasan: